Oleh: Makmun Rasyid
Zuhud dalam arti yang luas adalah bersyukur dengan apa yang ada dan tidak tidak kecewa terhadap apa yang telah hilang (Qs. Al-Hadid ayat 23). Di antara banyak buku-buku atau kitab yang membahas tentang zuhud tidaklah semua pendapat saya berikan disini, karena keterbatasan tempat tulisan. Saya mengambil dari kitab ihya ‘ulumuddin yang dimana Imam Ghozali memberikan pengertian tentang zuhud, (1) zuhud yang di dorong oleh arasa takut terhadap api neraka ini dinamakan zuhudnya orang awam, (2) zuhud yang di dorong oleh motif untuk mencari kenikmatan hidup di akhirat ini dinamakan zuhudnya orang yang berpengharapan, (3) zuhud yang di dorong oleh keinginan untuk meninggalkan kehidupan dunia – tazzkiyatun nafs – ini dinamakan zuhudnya orang ‘Arifin.
Yang penting digarisbahawi di atas adalah meninggalkan kehidupan dunia itu bukan meninggalkan kewajiban kita untuk bekerja dan berlayar di muka bumi, tapi inti dari “meninggalkan kehidupan dunia” adalah meninggalkan perasaan cinta kita terhadap dunia, karena dunia adalah ladang memupuk amal akhirat dan dunia tempat berccocok tanam amal dan kehidupan akhirat yang kekal itulah yang di nantikan setiap insan manusia.
Referensi:
* Yusuf Musa – Falsafah – Hal. 188
* Ihya ‘ulumuddin
* Said Hawa – Mensucikan Jiwa – Hal. 329
Tidak ada komentar:
Posting Komentar